Jumat, 29 Oktober 2010

pesona



 Seorang putri secantik bulan.
 Dihadapan kecantikannya, bahkan peri peri pun merasa malu,
 dan ikal rambutnya melukai seratus hati.
 Kedua alisnya busur kembar.
 Dan bila dilepaskanya panah panah dari busur itu,
 ruang di antaranya pun menyanyikan pujian pujian untuk nya.
 Matanya yang sayu bagai kembang narsis,
 melemparkan duri duri bulu matanya di jalan para arif.
 Wajahnya bagai matahari ketika menggantikan keperawanan bulan.
 Malaikat pun tak dapat mengalihkan matanya 
 dari mutiara mutiara dan manikam manikam mulutnya.
 Senyum bibirnya mengeringkan air hayat yang memendangnya,
 yang masih mengemis sedekah dari bibir itu juga.
 Siapa memandang dagunya akan jatuh terjungkir
 kesumber air yang berbuih buih.

                                                        @  Faridu 'Din Attar  @

1 komentar: