Minggu, 31 Oktober 2010

terowongan


Zenkai,  putera seorang samurai, melakukan perjalanan ke Edo
dan di sana menjadi pelayan seorang pejabat tinggi. Ia jatuh
cinta  dengan isteri pejabat itu dan ketahuan. Sebagai usaha
perlindungan diri, ia membunuh  pejabat  itu.  Kemudian,  ia
melarikan diri dengan isteri pejabat itu.
 
Keduanya  kemudian  menjadi pencuri. Akan tetapi, wanita ini
sedemikian   rakusnya   sehingga   Zenkai   menjadi    jijik
melihatnya.  Akhirnya, ia meninggalkan wanita itu, melakukan
perjalanan jauh ke propinsi Buzen,  di  sanalah  ia  menjadi
seorang pengemis yang berkelana.
 
Untuk menghapuskan kesalahan masa lampaunya, Zenkai bertekad
untuk melakukan beberapa kebajikan selama  hidupnya.  Karena
tahu  bahwa ada sebuah jalan yang berbahaya di sebuah tebing
yang telah mengakibatkan kematian dan kecelakaan bagi banyak
orang,   ia  memutuskan  untuk  menggali  sebuah  terowongan
menembusi gunung di sana.
 
Siang hari  mengemis  makanan,  pada  malam  harinya  Zenkai
bekerja   menggali  terowongan.  Setelah  tiga  puluh  tahun
berlalu,  terowongan  yang  berhasil  digalinya  itu   telah
mencapai  sepanjang  2280  kaki,  dengan tinggi 20 kaki, dan
lebamya 30 kaki.
 
Dua  tahun  sebelum  tugas  ini  diselesaikan,  putera  dari
pejabat   yang  telah  dibunuhnya,  yang  merupakan  seorang
serdadu yang trampil,  menemukan  Zenkai  dan  datang  untuk
membunuhnya sebagai pembalasan dendam.
 
"Saya  akan  memberikan kepada anda nyawa saya secara rela,"
kata Zenkai, "Biarkanlah saya  menyelesaikan  pekerjaan  ini
terlebih  dahulu.  Pada  saat  terowongan ini telah selesai,
kamu boleh membunuhku."
 
Dengan demikian, serdadu itu menunggu waktu. Beberapa  bulan
berlalu  dan  Zenkai  masih  saja  tetap menggali. Anak muda
tersebut menjadi bosan menunggu dan mulai membantu menggali.
Setelah  membantu  selama  lebih dari satu tahun, ia menjadi
kagum atas tekad kuat dan karakter Zenkai.
 
Akhirnya  terowongan  itu  pun  jadi  dan  orang-orang  bisa
menggunakannya serta berjalan melaluinya dengan aman.
 
"Sekarang  penggallah  kepala saya," kata Zenkai, "Pekerjaan
saya telah tuntas."
 
"Bagaimana bisa saya memenggal kepala  guru  saya  sendiri?"
tanya anak muda itu dengan tetes air mata di matanya.
 
---------------------
Daging ZEN Tulang ZEN
Bunga Rampai Karya Tulis Pra-Zen dan Zen
Dikumpulkan oleh: Paul Reps
Edisi Keenam Oktober 1996
Yayasan Penerbit Karaniya
Anggota IKAPI, Kotakpos 1409 Bandung 40001

Tidak ada komentar:

Posting Komentar