Jumat, 12 November 2010

Sa'ad bin Abi Waqqash


Ketika sedang berkumpul dengan para sahabat, Rasulullah SAW berkata, “Seorang penghuni surga akan muncul.” Siapakah dia?

Sepeninggal Rasulullah SAW, tongkat kepemimpinan dilanjutkan oleh para sahabat. Mulai dari Abu Bakar, Umar bin Khaththab, Utsman bin Affan, hingga Ali bin Abi Thalib. Itu merupakan zaman keemasan Islam. Dan periode kekhalifahan Umar merupakan masa yang paling gemilang dalam risalah dakwah Islam, karena penyebaran Islam hampir keseluruh penjuru dunia.

Adalah pada masa kekhalifahan Utsman bin Affan terjadinya pertukaran duta antara Arab dan Cina. Utusan yang dikirim adalah Tsabit bin Qays dan sahabat Sa’ad bin Abi Waqas. Peristiwa ini merupakan tindak lanjut dari kunjungan utusan kasiar Cina ke Madinah berberapa tahun sebelumnya. Peristiwa ini terjadi pada tahun 651 M.

Pada tahun 684 M, tiga puluh tiga tahun setelah kedatangan Sa’ad, berdirilah masjid di ibu kota Chang’an (Xi’an), yang diberi nama Huejuexiang. Peresmian berdirinya masjid ini dilakukan dengan upacara kebesaran Cina.

Jauh sebelum itu, Nabi Muhammad SAW pernah mengutus sahabat Abdul Wahab bin Abi Kabsyah untuk melakukan dakwah di Cina. Di Kanton (Guangdong), dia menyebarkan Islam sampai akhir hayatnya.

Penduduk muslim yang tinggal di Xinjiang, di setiap bulan Juni dan Juli selalu mengunjungi makam Tsabit bin Qays di Lembah Xingxing, Hami, sekitar 600 km sebelah timur Urumqi, ibu kota Xinjiang, yang dikenal di antara penduduk muslim di sana sebagai “teman Nabi Muhammad”. 

Makam itu panjangnya 220 cm, lebar 152 cm, dan tinggi 150 cm. dibuat dari batu marmer dan ditutup dengan kayu yang diukir dengan gaya campuran arsitektur Arab dan Cina.

Tsabit bin Qays diyakini wafat pada tahun 655 M, ketika tengah menempuh “Jalur Sutra” arah ke barat. Oleh para pengikutnya, dia dimakamkan di Lembah Xingxing, sebelah timur Hami. Sampai kini, makam itu masih berdiri kokoh sebagai saksi bisu masuknya risalah dakwah Islam di Cina.

Banyak orang percaya, kunjungan sahabat Sa’ad dan Tsabit merupakan kontak resmi pertama Islam merupakan kontak resmi pertama Islam dengan Cina. Di Kanton, Sa’ad mendirikan sebuah masjid pertama dan dipercaya sebagai bentuk legalitas hubungan kedua kebudayaan.

Seiring perjalanan waktu, hubungan itu diformalkan dengan pertukaran duta besar dan melakukan misi perdagangan. Kedua negera saling mendapatkan keuntungan dari hubungan tersebut.

Ketika telah mencapai umur 80 tahun, Sa’ad bersiap-siap menghadap Allah. “Kepalanya berada di pangkuanku ketika ia tengah sekarat. Aku menangis terisak-isak,” tutur Al-Aqiq, anaknya.

“Apa yang kau tangisi, anakku. Allah tidak akan pernah menyakitiku, aku termasuk penghuni surga,” katanya lirih sambil memandang ke sebuah sudut. Di sana terdapat sebuah peti tua.

Masalah penghuni surga itu, Rasulullah telah memberitahukan kepada para sahabat jauh-jauh hari sebelumnya.

Pada suatu hari ketika Rasulullah sedang duduk bersama para sahabat, tiba-tiba beliau menatap ke ufuk dan berkata, “Seorang penghuni surga akan muncul.”

Ketika para sahabat mencari di sekeliling siapa yang dimaksud Nabi, tiba-tiba Sa’ad muncul.
Kepada Abdullah bin Amr, yang menanyakan “rahasia” sehingga mendapat jaminan surga. Sa’ad mengatakan, “Ibadah yang aku kerjakan juga dikerjakan yang lain, kecuali aku tidak pernah menaruh dendam atau berniat jahat terhadap kaum muslimin.”

“Bukalah peti tua itu,” pintanya. Ternyata di dalamnya tersimpan sebuah jubah tua.
“Dengan jubah itulah aku bertempur menghadapi orang musyrik di Perang Badr dan Perang Uhud…. Dan aku telah menyimpannya untuk keperluan hari ini.” Dengan jubah itulah Sa’ad bin Abi Waqqash dikafani.

Sa’ad, yang dikaruniai umur panjang, terlibat dalam berbagai momen penting. Seperti pemilihan Utsman bin Affan sebagai khalifah ketiga dan terlibat dalam Perang Qadisiyah, pintu gerbang Persia, yang saat itu masih memeluk agama Majusi. 

Hampir seluruh hidupnya dijalani di medan perang, membela agama Allah dan Rasul-Nya. Ia ingin menghadap Tuhan dengan jubah yang sangat mengesankan dan memberinya kemuliaan itu.

Jasad orang ketiga yang masuk Islam dan kemudian dikenal sebagai ksatria berkuda yang pemberani itu dimakamkan di Baqi, Madinah, di samping para sahabat yang telah mendahuluinya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar